Postingan

Doa yang Terkabul atau Hati yang Lapang?

  Bermalam-malam saya datang menemui Tuhan, membawa banyak harapan-harapan akan kemungkinan baik yang terjadi di masa mendatang. Tetapi tetap, saya berbicara kosong tentang harapan-harapan saya, meminta Tuhan untuk mengabulkan sementara ruh saya tidak bersama dengan pikiran saya, doa itu seperti hanya mengambang-ngambang saja di sudut-sudut kamar saya. Lalu setelah selesai berdoa, saya tersungkur, menundukkan badan berharap Tuhan dapat memeluk saya yang telah hancur berkeping-keping. Anehnya, justru pelukan itu jauh lebih nyata dibanding keyakinan saya akan banyak bualan kata yang telah saya panjatkan. Pelukan itu terasa hangat, menenangkan, dan memperbolehkan saya untuk menuangkan segala kekacauan dan kekhawatiran yang menggelayut di kepala. Pada malam-malam selanjutnya saya bertanya pada-Nya, sesungguhnya apa yang saya butuhkan? Doa yang terkabul atau hati yang lapang? Dan lagi, seperti biasanya pertanyaan yang muncul tak dapat begitu saya menemukan jawabannya, hanya menggelayut ...

Berlarilah, Berbahagialah.

  Nanti saat kau temukan kembali cahaya matahari, Saat kau dapat menggerakan badanmu lagi untuk menari, Berjinjit jinjit dengan wajah berseri, Dan tak ada lagi yang kau cari-cari   Berbahagialah tuan, Kau telah melewati banyak tantangan Melewati deras hujan Ditengah hutan yang terlupakan   Dipenghujung hari saat kau mulai gelisah Kau dapat merebah Pada pundak semesta yang terlihat lemah Namun tak pernah berubah   Berbahagialah, Sebab kau tak lagi terikat, Tercekat, Tersesat, Dan menjadikanmu terlambat. Tulisan ini dibuat pada 1 Mei 2020

Permainan Peran

Sekarang kau lihat Kaki-kaki yang beranjak pergi Wajah-wajah yang mulai memasam Apa yang kau harapakan lagi dari mereka? Rasa-rasanya tak ada Besar omong mereka tentang rasa sakit Merintih pilu bak dicabik-cabik Tak sudi saya mendengarnya Merekapun pelakunya Tak usalah banyak membual Saya selalu melakukan apapun yang sejak dulu saya harap tak pernah saya lakukan Kau pikir untuk apa? Untuk mereka, mereka yang egonya kelaparan Yang terus-menerus memaksa agar egonya terpenuhi Lelucon macam apa ini? Berdiri di atas sana Berteriak meminta tolong, seakan-akan dia yang paling kesakitan dimuka bumi ini Menjijikan Menunjuk-nunjuk korban yang tak tahu salah mereka apa Dan sekali lagi saya merasa jijik Melihat mereka yang menangis tersedu-sedu menangisi lebamnya Sedang saya disini telah babak belur tak karuan bersama yang tersisa

Perihal Kepergian

Kepergian seseorang kerap menimbulkan luka. Luka yang ditorehkan tak kunjung rampung, meskipun waktu terus berjalan sementara diriku masih saja berada dalam tahap pemulihan. Iya, tahap pemulihan. Memulihkan diri yang masih saja merasa sendu pada waktu tertentu, terlebih ketika sedang mengingat hal-hal di masa lalu. Tak jarang terlintas pada benakku perihal rasa bersalah. Rasa yang tak pernah membiarkan diriku hidup dengan bebas. Seringkali aku menyalahkan diri. Merutuk keadaan setiap kali orang-orang melangkah pergi. Aku merasa seakan hidupku ini hanya sebuah tempat untuk singgah, yang pada akhirnya juga akan ada yang berpisah. Aku menyalahkan diri sendiri karena aku merasa frustasi. Aku frustasi karena aku tidak dapat mengendalikan keadaan ini. Dalam hidupku, sudah terdapat banyak sekali orang yang berlalu lalang. Kepergian mereka cukup berhasil membuat rasa percaya diriku hilang. Aku menjadi takut untuk sekadar berteman. Takut jika mereka hanya bertahan sesaat, lalu pergi meninggal...

Generasi Z

Generasi Z  Generasi Z adalah generasi setelah generasi X,Y dan generasi lainnya. Generasi Z diperuntukan untuk orang orang yang lahir pada kisaran tahun 1995 hingga 2010. Generasi Z juga disebut iGeneration, generasi net atau generasi internet Mereka memiliki kesamaan dengan Generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel,  browsing  dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan  headset .  Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan  gadget  canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.

DEWI SARTIKA

Gambar
DEWI SARTIKA Raden Dewi Sartika or populary known as Dewi Sartika was a woman who was born into a Sundanese family on the 4 th of Desember 1884, she was an education woman rights and woman education in Indonesia. Because in her era, most of people think that women didn’t need to get an education. But Raden Dewi Sartika knew they did. She had teaching skills from when she was a child and when she was 20 years old, she built school named ‘SEKOLA ISTERI’ which still operates now. And the last paraghraph of this text, I want to say thank you to a national heroes like Dewi Sartika and R.A Kartini because both fought for women, like me.   Because of them, all woman got an appropriate education. -Asha

Kenapa saya memilih SMA Negeri 68 Jakarta ?

Kenapa saya memilih SMAN 68 ? Hello, sebelum masuk ke pokok nya, perkenalkan nama saya Asha Tian Ultanti tapi, nama di akte saya Ashtian Ultanti karena kesalahan entah siapa. Jadi nama di KK, absen dan semuanya jadi Ashtian Ultanti. Biasanya orang orang manggil saya Asha jadi panggil saja saya Asha. Alasan saya memilih SMAN 68 sebenarnya umum saja seperti orang banyak. SMAN 68 terkenal di Jakarta karena prestasi di bidang akademik maupun non akademik, sekolah favorit di Jakarta Pusat. Juga diketahui memiliki banyak undangan PTN khususnya UI. Jadi, sejak awal masuk SMP, di SMPN 5 Jakarta saya telah menetapkan keinginan saya untuk bisa masuk SMAN 68 Jakarta untuk mewujudkan cita cita saya menjadi arsitek di PTN ITB. Harapan saya kedepannya disini, bisa meningkatkan kualitas belajar saya untuk mendapatkan PTN yang saya inginkan lewat jalur undangan. Doakan saya juga agar harapan saya bisa terwujud. xoxo Asha